Kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh sistem pendidikan,
tetapi ditentukan juga oleh pendidik. Melalui pendidiklah aktivitas
paedagogis dapat diarahkan pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang
bermartabat.
Guru selain sebagai pendidik, juga bertanggung jawab
dalam mentransformasikan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang telah
ditetapkan, sehingga kehadiran guru akan banyak memengaruhi keberhasilan
proses pendidikan itu sendiri. Gurulah yang menjadi ujung tombak dalam
proses penyiapan generasi mendatang. Karena itu, jika bangsa ini hendak
menyiapkan generasi mendatang, gurulah yang pertama kali harus
dipersiapkan.
Dalam kehidupan masyarakat, istilah guru mempunyai
arti lebih luas, tidak sebatas guru di sekolah saja. Semua orang yang
pernah memberikan atau mengajarkan suatu ilmu atau kepandaian tertentu
kepada seseorang atau sekelompok orang dapat disebut guru. Misalnya,
guru silat, guru mengetik, guru menjahit, dan sebagainya.
Mengajar
sering kali dikaitkan dengan kegiatan menyampaikan dan memberikan
sesuatu berupa bahan dan materi tertentu yang mesti dipelajari oleh
siswa. Karena itu, ketika guru mengajar, ia mengajar sesuai dengan garis
besar program pengajaran sebagaimana terdapat dalam kurikulum.
Dalam tindak mengajar, terdapat proses transfer dari guru kepada siswa.
Jadi, tindakan mengajar lebih berurusan dengan penyampaian materi
pelajaran sehingga siswa dapat memahami isi kurikulum yang mesti mereka
pelajari. Hasil ajaran ini lantas diuji melalui proses evaluasi untuk
melihat apakah siswa itu dapat menguasai materi yang diajarkan atau
belum.
Mendidik memiliki konotasi yang lebih luas, tidak sekadar
menyampaikan materi pelajaran. Karena itu, mendidik juga tidak sekadar
berurusan dengan menyampaikan materi pelajaran. Guru mendidik dengan
cara menghadirkan diri mereka secara utuh di hadapan siswa dan dengan
itu siswa merasakan kehadiran guru sebagai sosok yang istimewa, sebagai
pribadi yang memberikan inspirasi dan rasa hormat.
Guru menjadi
teman, sahabat, pengajar, rekan kerja, pendamping, orang tua, dan semua
kemampuan individu yang memungkinkan proses belajar di sekolah berjalan
dengan baik, di dalam maupun di luar kelas. Kegiatan mendidik berkaitan
dengan eksistensi keseluruhan individu dalam relasinya dengan orang lain
dan lingkungannya. Untuk itu, mendidik tidak dapat dibatasi oleh
kegiatan di dalam kelas.
Seiring perkembangan kehidupan yang
semakin kompleks, kadang guru terjebak pada kehidupan materialistik. Hal
ini membuat Aris Setiawan membagi guru menjadi tiga kategori, yaitu
guru nyasar, bayar, dan sadar. (Republika, 9/12).
Guru nyasar,
sosok yang hanya melihat guru sebuah profesi alternatif di tengah
kesulitan mencari kerja. Tipe ini yang penting adalah bekerja,
memberikan materi seadanya, pasang muka killer, dan selalu memarahi
muridnya dengan kata-kata yang tidak seharusnya.
Guru bayar,
memiliki tipikal pada awal bulan penuh semangat mengajar, dan pada akhir
bulan lemas. Guru kategori ini biasanya tidak pernah menghafal nama
anak didiknya. Bila diumpamakan, ada uang aku sayang, tidak ada uang aku
melayang.
Guru sadar, sosok pendidik yang mampu memosisikan
diri sebagai orang tua. Anak didik dianggap sebagai anak kandung
sendiri. Ia sadar bergaji kecil, tapi lebih mengharapkan gaji yang cair
di akhirat. Ia juga kenal dekat dengan siswa dan orang tuanya. Guru
kategori ini mampu menyenangkan dan menggerakkan semangat siswanya. Guru
sadar ini mampu memerankan dirinya sebagai sosok sebagaimana diuraikan
Eric Hoyle dalam bukunya, The Role of Teacher.
Muhammad Atiyah
al-Abrasyi, Abdurrahman an-Nahlawi, dan Imam al-Ghazali menambahkan
sifat-sifat yang dimiliki sosok guru sadar, yaitu zuhud, kebersihan
diri, ikhlas, pemaaf, kebapak-bapakan, mengetahui tabiat anak didik,
menguasai mata pelajaran, bersifat rabbani, sabar, jujur, senantiasa
membekali diri dengan ilmu, mampu menggunakan berbagai metode mengajar,
mampu mengelola anak didik, mengetahui keadaan psikis anak didik,
memiliki kepekaan dalam mengantisipasi perkembangan yang terjadi,
bersifat adil, tidak meninggalkan nasihat, tidak berlaku kasar, tidak
menjelek-jelekkan ilmu yang lain di depan anak didik, tidak mengajarkan
sesuatu di luar kemampuan anak didik, mengajarkan pelajaran secara
jelas, dan hendaknya pendidik mengamalkan ilmunya.
Wahai bapak dan ibu guru, termasuk tipe guru manakah kita: nyasar, bayar, ataukah sadar?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Tipe Guru Yang Mana Kita?"
Posting Komentar